GERAK12 – Hotel Ryugyong adalah bangunan paling ikonis di Korea Utara. Hotel ini dijuluki juga sebagai ‘Hotel of Doom’ karena dalam pembangunannya, hotel ini mendapat beragam hambatan atau ‘malapetaka’.
Di balik bangunannya yang menjulang nan megah di tengah pusat kota negara paling tertutup di dunia, Hotel Ryugyong juga mendapat julukan sebagai hotel paling sepi di dunia.
Selama bertahun-tahun setelah hotel ini dibangun, tak ada tamu yang pernah bermalam di sana.
Hotel Ryugyong yang megah berada di ibukota Korea Utara, Pyongyang. Gedung pencakar langit super tinggi berbentuk piramida itu memiliki tinggi 330 meter dengan 105 lantai.
Hotel ini dirancang dengan sedikitnya 3.000 kamar dan lima restoran yang ruangannya dapat berputar untuk melihat pemandangan kota Pyongyang yang indah.
Lahir dari perang dingin
Dilansir dari CNN, Hotel Ryugyong lahir dari Perang Dingin antara Korea Selatan yang didukung Amerika Serikat dan Korea Utara yang didukung Soviet.
Pembangunan hotel ini terpantik dari pembangunan Swissôtel The Stamford, hotel terbesar di dunia yang dibangun di Singapura pada 1980-an. Saat itu, Korea Selatan selatan ikut berpartisipasi dalam proses pembangunannya.
Selain itu, ibu kota Korea Selatan, Seoul juga tengah bersiap-siap untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 1988, dengan transisi negara ke demokrasi kapitalis.
Tak ingin kalah popularitas, negara yang kini dipimpin Kim Jong-un itu menyelenggarakan Festival Pemuda dan Pelajar Dunia 1989, semacam Olimpiade versi sosialis di Pyongyang.
Korut sekaligus berencana untuk membangun hotel besar demi mencuri rekor dunia sebagai hotel terbesar.
Pembangunan Hotel Ryugyong dimulai tahun 1987. Pemerintah Korut saat itu, Kim Il-sung, juga berambisi menjadikan Korut sebagai destinasi kasino terbesar di dunia.
Namun, beberapa tahun kemudian setelah Perang Dingin berakhir, blok Soviet runtuh. Hampir semua mitra dagang Soviet mengalami depresi ekonomi, termasuk Korut.
Tahun 1990 persaingan Korut dan Korsel semakin panas. Korut berada dalam posisi lemah setelah blok Soviet kalah di Perang Dingin. Imbasnya, fokus pembangunan Hotel Ryugyong terpecah dengan urgensi memenuhi kebutuhan dasar masyarakat Korut.
Tahun 1992 pembangunan hotel terpaksa dihentikan sementara. Keuangan Korut semakin kritis, Rusia juga tak bisa membantu pendanaannya.
Namun, kerangka konstruksi sudah selesai meskipun bagian dalam hotel masih tak berbentuk. Bangunan itu juga menampakkan lubang-lubang tanpa jendela.
Tahun 2000-an pembangunan Hotel Ryugyong kembali dilanjutkan. Tujuh tahun setelahnya, perusahaan pengembang Mesir Orascom berminat untuk mengembangkan hotel Ryugyong. Orascom menerbangkan para eksekutifnya ke Pyongyang untuk membicarakan hal tersebut.
Orascom merupakan pemegang saham mayoritas di perusahaan penyedia jaringan telekomunikasi Korut, Koryolink.
Proyek ini selesai tahun 2012, tepat pada perayaan ulang tahun ke-100 Kim Il-sung. Sebuah tonggak besar bagi negara Korut.
Selama perayaan ini, pemerintah Korut menyalakan kembang api dari atap hotel. Perayaan dengan kembang api ini menjadi tontonan paling meriah seumur hidup warga Korut.
Biaya yang dikeluarkan oleh Orascom dalam pembangunan hotel ini mencapai US$ 595 juta. Namun, banyaknya uang yang dikeluarkan tidak menjamin kualitas hotel menjadi bagus. Sejumlah masalah konstruksi bermunculan beberapa tahun kemudian.
Menerka masa depan Hotel Ryugyong
Pada November 2012 silam, grup Kempinski mengumumkan bahwa mereka akan menandatangani kontrak manajemen dengan Orascom. Mereka akan membuka 150 kamar, ruang kantor, restoran, ballroom, dan bioskop di lantai bawah Hotel Ryugyong.
Namun, rencana itu belum sempat direalisasikan. Sebab pihak Kempinski mengurungkan niatnya, lantaran Korut melakukan uji coba rudal, ICBM, dan nuklir.
Rencana operasional Hotel Ryugyong kembali terganjal pada 2013. Kempinski mengumumkan bahwa tidak ada kontrak yang telah atau akan ditandatangani untuk manajemen. Mimpi Korut mengoperasikan hotel terbesar di dunia harus kembali pupus.
Pada tahun 2018, ada pemandangan ajaib dari hotel ini. Tembok-tembok permanen dihancurkan dan diganti dengan logam dan kaca. Sederet lampu LED berkelip dan bendera Korut berkibar di puncaknya. Warga Korut kembali menikmati pemandangan malam yang indah.
Berdasarkan percakapan Manajer Tur Korea Utara, Rowan Beard, bersama orang-orang Pyongyang – seperti ditulis dalam situs Young Pioneer Tours – disebutkan bahwa pemerintah hendak mengoperasikan Hotel Ryugyong dengan anggaran negara.
Setidaknya akan ada 6 sampai 24 lantai dari 105 lantai hotel ini kabarnya akan dibuka untuk umum.
Meski demikian hingga saat ini, Hotel Ryugyong dikabarkan tak pernah menerima tamu untuk menginap.
Discussion about this post