GERAK12 – Bagi pecinta astronomi, ada baiknya kalian mencatat rangkaian fenomena alam bulan April 2021. Sebab di bulan keempat tahun ini, akan terjadi puncak hujan meteor Lyrid hingga Supermoon.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) telah merangkum fenomena alam yang berlangsung bulan April, seperti dilansir detikINET kutip di website Lapan, Kamis (1/4/) yaitu sebagai berikut:
1-2 April Konjungsi Bulan Antares
Di awal bulan, kalian akan langsung dihadapi peristiwa alam berupa puncak konjungsi bulan Antares yang terjadi pada 2 April 2021 pukul 03.49 WIB, untuk Indonesia bagian tengah pukul 04.49 WITA, dan Indonesia bagian timur pada pukul 05.49 WIT.
Akan tetapi, fenomena ini sudah dapat disaksikan sejak 1 April pukul 21.45 waktu setempat dari arah Timur-Tenggara hingga keesokan paginya, ketika fajar bahari berakhir dari arah Barat-Barat Daya.
Sudut pisah bervariasi antara 6,64° hingga 4,58°. Magnitudo Antares sebesar 1,05, sedangkan fraksi Iluminasi Bulan bervariasi antara 79,3% hingga 77,2% (Bulan Susut/Cembung Akhir).
4 April – Fase Bulan Perbani Akhir
Fase perbani akhir adalah salah satu fase bulan ketika konfigurasi antara Matahari, Bumi, dan Bulan membentuk sudut siku-siku (90°). Kejadian berlangsung setelah fase Bulan Purnama.
Lapan menyebutkan puncak fase bulan perbani akhir terjadi pukul 17.02.27 WIB/18.02.27 WITA/19.02.27 WIT. Bulan perbani akhir ini dapat dilihat saat terbit sebelum tengah malam dari arah timur-tenggara, berkumulasi di arah selatan menjelang terbit Matahari dan kemudian terbenam di arah barat-barat daya sekitar tengah hari.
Pada posisi ini, sang satelit alami Bumi itu berada jarak 376.541 km dari Bumi (geosentrik) dan berada di sekitar konstelasi Sagitarius.
6-8 April – Konjungsi Tripel Bulan-Jupiter-Saturnus
Bulan akan mengalami konjungsi tripel dengan Jupiter dan Saturnus selama tiga hari berturut-turut sejak 6-8 April 2021. Kalian bisa menyaksikan fenomena alam ini di arah Timur-Tenggara dekat konstelasi Capricornus sejak pukul 03.00 waktu setempat hingga fajar bahari berakhir.
Magnitudo Jupiter sedikit bervariasi antara -2,08 hingga -2,09. Sedangkan magnitudo Saturnus konstan di angka +0,75. Bulan, berfase sabit akhir ketika konjungsi tripel dengan iluminasi bervariasi antara 34,4% sampai 15,8%.
12 April – Fase Bulan Baru dan Konjungsi (Tripel) Bulan-Venus-Matahari
Fase Bulan baru disebut juga konjungsi solar Bulan adalah konfigurasi ketika Bulan terletak di antara Matahari dan Bumi dan segaris dengan Matahari dan Bumi.
Mengingat orbit Bulan yang membentuk sudut 5,1° terhadap ekliptika, bayangan Bulan tidak selalu jatuh di permukaan Bumi ketika fase Bulan baru, sehingga fase Bulan baru tidak selalu beriringan dengan gerhana matahari.
fase bulan baru kali ini terjadi pada 12 April, tepatnya pukul 09.30.43 WIB/10.30.43 WITA/11.30.43 WIT dengan jarak 403.642 km dari Bumi (geosentrik) dan terletak di konstelasi Pisces.
Lapan mengatakan Bulan tidak hanya membentuk konjungsi dengan Matahari, melainkan juga dengan Venus yang dapat disebut juga konjungsi tripel Bulan-Venus-Matahari, dan ketika Matahari, tersisa Bulan dan Venus yang tampak berdekatan dengan sudut pisa antara 2,6° hingga 2,55° selama 10-15 menit sebelum keduanya terbenam.
15 April – Apogee Bulan
Apogee Bulan adalah konfigurasi saat Bulan terletak paling jauh dengan Bumi. Ini disebabkan oleh orbit Bulan yang terbentuk elips terhadap Bumi.
Apogee Bulan dapat diamati ketika terbit pukul 11.00 waktu setempat dari arah Timur-Timur Laut, berkulminasi di arah utara sekitar pukul 17.00 waktu setempat dan kemudian terbenam di arah barat-barat laut sekitar pukul 23.00 waktu setempat.
Bulan berjarak 406.137 km dari Bumi dan berada di sekitar konstelasi Aries dengan iluminasi 6,1% (sabit awal) ketika apogee.
7 April – Okultasi Mars oleh Bulan
Selang satu hari berikutnya ada okultasi Mars oleh Bulan yang merupakan fenomena astronomi ketika Mars melintasi di belakang Bulan, sehingga tampak tertutupi oleh Bulan.
Hal itu dikarenakan jarak Mars ke Bumi lebih jauh dibandingkan dengan jarak Bulan ke Bulan. Secara global, okultasi Mars oleh Bulan terjadi pada 17 April mulai pukul 16.25 WIB hingga 21.35 WIB.
Wilayah yang dapat menyaksikan fenomena alam ini, India bagian timur, Sri Lanka, Nepal, Bangladesh, Myanmar, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Indonesia bagian barat.
19 April – Konjungsi Superior Merkurius
Merkurius mengalami konjungsi superior pada 19 April pukul 08.56 WIB. Lapan menjelaskan konjungsi superiori Merkurius adalah konfigurasi yang berlaku pada Merkurius dan Venus, yakni ketika Merkurius, Matahari, dan Bumi terletak pada satu garis lurus dan Merkurius membelakangi Matahari.
19 April – Konjungsi Bulan-Pollux
Pada tanggal yang sama berlangsung puncak konjungsi Bulan-Pollux tepatnya pada pukul 01.18 WIB/02.18 WITA/03/18 WIT.
Kendati begitu, fenomena alam ini bisa disaksikan sehari sebelumnya saat fajar bahari dari arah utara-barat laut hingga sebelum tengah malam dari arah barat-barat laut.
Sudut pisah bervariasi antara 4,72° hingga 3,68°. Magnitudo Antares sebesar +1,15, sedangkan fraksi iluminasi bulan bervariasi antara 41,7% hingga 43,2%.
20 April – Fase Bulan Perbani Awal
Fase perbani awal adalah salah satu fase Bulan ketika konfigurasi antara Matahari, Bumi, dan Bulan membentuk sudut siku-siku dan terjadi sebelum fase bulan Purnama.
Puncak fase bulan perbani awal pada pukul 13.58.51 WIB/14.58.51 WITA/15.58.51 WIT. Lapan mengatakan fenomena alam ini dapat disaksikan ketika terbit 30 menit setelah tengah hari dari arah timur-timur laut, berkulminasi di arah utara ketika senja bahari dan kemudian terbenam di arah barat-barat laut 30 menit setelah tengah malam.
21-30 April – Konjungsi Merkurius-Venus
Merkurius akan mengalami konjungsi dengan Venus selama 10 hari berturut-turut. Sudut pisah Merkurius-Venus awalnya sebesar 4,02° kemudian mengecil hingga mencapai 1,18° ketika puncak konjungsi pada 25 April dan keesokan harinya, sudut pisah Merkurius-Venus membesar hingga 4,09°.
22-23 April – Hujan Meteor Lyrid
Hujan meteor Lyrid adalah hujan meteor tahunan yang titik radiannya berada di konstelasi Hercules dekat Vega, bintang paling terang di konstelasi Lyra.
Diketahui, hujan meteor Lyrid berasal dari sisa debu komet C/1861 G1 Thatcher. Sebetulnya, hujan meteor ini akti sejak tanggal 16-25 April, tetapi puncaknya terjadi pada 22 April pukul 19.00 WIB/20.00 WITA/ 21.00 WIT.
Lapan mengungkapkan fenomena alam ini bisa diamati sejak terbit di arah barat laut sekitar pukul 22.15 waktu setempat sampai fajar bahari berakhir keesokan harinya.
27 April – Bulan Purnama Perige (Bulan Super/Supermoon)
Puncak purnama ini akan terjadi pada pukul 10.31.29 WIB/11.31.29 WITA/12.31.29 WIT dengan jarak geosentrik 357.616 km, berdiameter sudut 33,41 menit busur dan terletak di konstelasi Libra.
Sedangkan, perige Bulan terjadi pukul 22.29.48 WIB/23.29.48 WITA/00.29.48 WIT dengan jarak geosentrik 357.378 km, berdiameter sudut 33,43 menit busur dan terletak di konstelasi Libra.
Adapun, penyebutan Bulan Super atau Supermoon lantaran jaraknya cukup berdekatan dengan titik perige.
27 April – Perihelion Merkurius
Masih di tanggal yang sama terjadi perihelion Merkurius. Perihelion secara umum adalah konfigurasi ketika planet berada di titik terdekat dari Matahari.
Kalian bisa mengamati perihelion Merkurius pukul 08.48 WIB/09.48 WITA/10.48 WIT dengan jarak 46 juta km dari Matahari. Perihelion Merkurius sebelumnya sudah terjadai pada 29 Januari dan seri berikutnya akan terjadi 24 Juli dan 20 Oktober 2021.
28-29 April – Konjungsi Bulan-Antares
Fenomena alam bulan April ini ditutup dengan konjungsi Bulan-Antares yang kedua. Hal ini dikarenakan periode sideris Bulan selama 27,32 hari.
Puncak konjungsi Bulan-Antares terjadi pada 29 April pukul 13.07 WIB/14.07 WITA/ 15.05 WIT, meskipun itu bisa disaksikan sehari sebelumnya pukul 20.00 waktu setempat dari arah timur-tenggara hingga keesokan paginya ketika fajar bahari dari arah barat-barat daya.
Discussion about this post